Pukul 15.43, menandakan
bahwa 17 menit lagi tes interview ditutup. Pendaftaran organisasi ditutup pukul
16.00 untuk sesi tes
interview, dan tes tersebut merupakan tahapan terakhir yang menentukan diterima
atau tidaknya para pendaftar untuk masuk menjadi anggota organisasi. Wahyu
adalah anggota organisasi yang bertugas menginterview para calon anggota. Ruangan seluas 2,5 x 2,5 meter pada bagian dalam
gedung lawas yang merupakan sekretariat pusat salah satu organisasi persatuan
jenjang mahasiswa tersebut merupakan ruangan tempat di-interview-nya para calon
anggota organisasi.
Wahyu merupakan satu-satunya dari 3 penguji yang tersisa
hari itu, dan merupakan satu-satunya orang yang ada dalam gedung. 2 lainnya pergi meninggalkan Wahyu di dalam
ruangan berpencahayaan agak kurang tersebut karena akan menyelesaikan urusan
lain, di samping merasa bosan di dalam
ruangan, menunggu peserta yang belum datang untuk interview yang hanya
tinggal satu orang.
Wahyu menatap satu map kertas berisi berkas data
pendaftar yang bertuliskan nama Hariyono Ridwan, satu-satunya peserta yang
masih belum menampakkan batang hidungnya. "Lama nih orang. Bentar lagi
ditutup padahal." Gumam Wahyu berharap gugurnya peserta terakhir. Dia
membuka map dan memeriksa berkas data diri pendaftar tersebut, kemudian heran
melihat fotonya yang merupakan cetakan lama, hitam-putih. Yang membuatnya lebih
heran lagi adalah ketika melihat tahun kelahiran pendaftar bertuliskan tahun
1967. "Loh! Haha. Ngawur nih! Pasti salah." Seru Wahyu menanggapi
keanehan tersebut. Beberapa menit kemudian, "sreeek..." Pintu
terbuka, dilanjutkan dengan masuknya seorang pria lumayan tinggi, kemudian
menutup kembali pintu ruangan.
"Silahkan duduk!" Seru Wahyu, ia lanjut
bertanya seiring dengan duduknya lelaki tersebut di hadapannya, "Hariyono
Ridwan ya?"
Lelaki tersebut mengangguk pelan dengan senyum yang
tidak penuh. "Wah, waktunya hampir ditutup, Mas." Ucap Wahyu yang
juga hanya dibalas senyum oleh Sang Peserta Terakhir.
"Silahkan Mas!" Wahyu mempersilahkan bicara
peserta terakhir tersebut.
"Saya biasa dipanggil Hariyo. Lahir dan besar di
kota ini." Introduksi singkat nan pelan dari sang pendaftar terakhir
tersebut.
"Terus?" Wahyu mencoba mengklarifikasi.
"Saya senang menjadi bagian himpunan yang
menjunjung kebenaran." Jawaban pelan dari Hariyo yang kemudian berlanjut
hening.
Wahyu semakin bingung. "Lalu apa motivasi kamu
yang paling utama mengikuti organisasi ini?" Tanya balik Wahyu
mengorek-orek lebih lanjut Hariyo.
Terdiam sejenak, Hariyo kemudian menjawab pertanyaan
yang disodorkan untuknya, "Dulu, Tahun 1989, saya pernah ikut organisasi
ini."
Wahyu mengerutkan dahi dan alis, kebingungannya
semakin dalam.
"Tahun '89 saya ikut organisasi ini. Setahun
kemudian, saya ikut demo organisasi ini, lalu saya hilang. Dengan mengikuti
organisasi ini lagi, saya sangat berharap jasad saya bisa diketemukan."
Hariyo menutup penjelasannya dengan senyum kecil yang mencuat dari bibir
pucatnya yang semakin memutih.
Wahyu bingung dan terdiam. Namun senyum dan tatapan
Hariyo yang dingin membuat paham Wahyu akan penjelasan yang dimaksud Hariyo.
Semakin paham Wahyu karena seketika ia menatap foto Hariyo dan menemukan mata pada foto Hariyo tiba-tiba
semakin menghitam.
Tak ada kata yang keluar dari bibir Wahyu kecuali jantung
yang semakin berdebar merinding, dan dalam pandangan Wahyu, tiba-tiba semuanya
menjadi gelap, seketika...
[Ditulis oleh M. Wildan Bimantara]
Is it true wil? Aku tidak menangkap makna tersiratnya, apa memang gak ada?
BalasHapusNggak ada emang. Hahaha. Tapi bagi sebagian orang, ada.
Hapus