Selasa, 21 April 2015

Cerita Pendek, Sedikit Pacu Jantung


Pukul 15.43, menandakan bahwa 17 menit lagi tes interview ditutup. Pendaftaran organisasi ditutup pukul 16.00 untuk sesi tes interview, dan tes tersebut merupakan tahapan terakhir yang menentukan diterima atau tidaknya para pendaftar untuk masuk menjadi anggota organisasi. Wahyu adalah anggota organisasi yang bertugas menginterview para calon anggota. Ruangan seluas 2,5 x 2,5 meter pada bagian dalam gedung lawas yang merupakan sekretariat pusat salah satu organisasi persatuan jenjang mahasiswa tersebut merupakan ruangan tempat di-interview-nya para calon anggota organisasi.

Wahyu merupakan satu-satunya dari 3 penguji yang tersisa hari itu, dan merupakan satu-satunya orang yang ada dalam gedung.  2 lainnya pergi meninggalkan Wahyu di dalam ruangan berpencahayaan agak kurang tersebut karena akan menyelesaikan urusan lain, di samping merasa bosan di dalam  ruangan, menunggu peserta yang belum datang untuk interview yang hanya tinggal satu orang.

Wahyu menatap satu map kertas berisi berkas data pendaftar yang bertuliskan nama Hariyono Ridwan, satu-satunya peserta yang masih belum menampakkan batang hidungnya. "Lama nih orang. Bentar lagi ditutup padahal." Gumam Wahyu berharap gugurnya peserta terakhir. Dia membuka map dan memeriksa berkas data diri pendaftar tersebut, kemudian heran melihat fotonya yang merupakan cetakan lama, hitam-putih. Yang membuatnya lebih heran lagi adalah ketika melihat tahun kelahiran pendaftar bertuliskan tahun 1967. "Loh! Haha. Ngawur nih! Pasti salah." Seru Wahyu menanggapi keanehan tersebut. Beberapa menit kemudian, "sreeek..." Pintu terbuka, dilanjutkan dengan masuknya seorang pria lumayan tinggi, kemudian menutup kembali pintu ruangan.

"Silahkan duduk!" Seru Wahyu, ia lanjut bertanya seiring dengan duduknya lelaki tersebut di hadapannya, "Hariyono Ridwan ya?"
Lelaki tersebut mengangguk pelan dengan senyum yang tidak penuh. "Wah, waktunya hampir ditutup, Mas." Ucap Wahyu yang juga hanya dibalas senyum oleh Sang Peserta Terakhir.

"Silahkan Mas!" Wahyu mempersilahkan bicara peserta terakhir tersebut.

"Saya biasa dipanggil Hariyo. Lahir dan besar di kota ini." Introduksi singkat nan pelan dari sang pendaftar terakhir tersebut.

"Terus?" Wahyu mencoba mengklarifikasi.

"Saya senang menjadi bagian himpunan yang menjunjung kebenaran." Jawaban pelan dari Hariyo yang kemudian berlanjut hening.

Wahyu semakin bingung. "Lalu apa motivasi kamu yang paling utama mengikuti organisasi ini?" Tanya balik Wahyu mengorek-orek lebih lanjut Hariyo.

Terdiam sejenak, Hariyo kemudian menjawab pertanyaan yang disodorkan untuknya, "Dulu, Tahun 1989, saya pernah ikut organisasi ini."

Wahyu mengerutkan dahi dan alis, kebingungannya semakin dalam.

"Tahun '89 saya ikut organisasi ini. Setahun kemudian, saya ikut demo organisasi ini, lalu saya hilang. Dengan mengikuti organisasi ini lagi, saya sangat berharap jasad saya bisa diketemukan." Hariyo menutup penjelasannya dengan senyum kecil yang mencuat dari bibir pucatnya yang semakin memutih.

Wahyu bingung dan terdiam. Namun senyum dan tatapan Hariyo yang dingin membuat paham Wahyu akan penjelasan yang dimaksud Hariyo. Semakin paham Wahyu karena seketika ia menatap foto Hariyo dan menemukan mata pada foto Hariyo tiba-tiba semakin menghitam.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Wahyu kecuali jantung yang semakin berdebar merinding, dan dalam pandangan Wahyu, tiba-tiba semuanya menjadi gelap, seketika...


[Ditulis oleh M. Wildan Bimantara]

2 komentar:

  1. Is it true wil? Aku tidak menangkap makna tersiratnya, apa memang gak ada?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ada emang. Hahaha. Tapi bagi sebagian orang, ada.

      Hapus